Tradisi "Kawin Lari" di Lombok

Tradisi Kawin Lari (Merakik) Lombok


Siapa tidak mau mempunyai pasangan?! Siapa tidak mau mempunyai hubungan sampai ikatan perkawinan?! Tentunya semua orang ingin akan hal itu. Perkawinan merupakan suatu hal yang sakral, suatu hal yang penting dalam kehidupan. Begitupun juga dengan Suku Sasak, oh ia.. Suku Sasak ini mendiami Pulau Lombok, sebagian besar sukunya pun menganut Agama Islam. Hanya 1 % yang menganut Agama Islam Wetu Telu, praktik Agama Islam yang mereka anut ini agak berbeda dengan Islam pada umumnya. Ada juga warga Suku Sasak yang yang menganut kepercayaan pra-islam, yang disebut Sasak Boda.


Dalam adat Suku Sasak, seseorang akan dianggap warga penuh dalam suatu lingkungan masyarakat apabila ia telah berkeluarga. Dengan demikian, ia akan memperoleh hak dan kewajiban baik sebagai warga kelompok kerabat maupun sebagai warga masyarakat. 

Ketika seorang lelaki memutuskan ingin menikah dengan seorang perempuan, maka ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh kedua calon mempelai yakni, sang lelaki haruslah menculik calon pasangannya secara diam-diam tanpa sepengetahuan calon keluarga perempuan. Setelah berhasil menculik, calonnya tidak boleh langsung dibawa kerumah orang tua laki-laki. Namun sang perempuannya terlebih dahulu harus dibawa kerumah kerabat laki-laki.

Setelah beberapa  malam, pihak kerabat si lelaki akan mengirim utusan kepada orang tua perempuan untuk memberitahukan bahwa anak mereka telah dicuri dan disembunyikan disuatu tempat. Proses pemberitahuan kepada pihak keluarga ini disebut dengan istilah nyelabar. Pada acara nyelabar ini, kerabat si lelaki yang datang harus berjumlah lima orang dengan menggunakan pakaian Adat Sasak. Nyelabar diawali dengan kunjungan kelima orang rombongan keluarga lelaki kerumah keliang atau tetua adat setempat guna meminta izin atas maksud kedatangannya.

Setelah mendapat izin, pihak kerabat lelaki boleh untuk mengunjungi keluarga si perempuan. Sesampainya dirumah perempuan, para penyelabar tidak boleh memasuki rumah, melainkan harus duduk bersila dihalaman depan rumah. Salah seorang dari penyelabar akan mewakili sebagai juru bicara untuk menyampaiakan maksud kedatangan mereka. 

Jika orang tua si gadis setuju dengan pemuda yang akan menikahi anaknya, ia akan memberi tanda dengan cara membasuh kaki pemuda tersebut dengan air sirop atau air kelapa. Sementara jika ia tidak setuju disimbolkan dengan membasuh menggunakan air tajin. Jika pemuda tersebut ngotot untuk menikahinya, maka orang tua gadis biasanya menetapkan mahar yang tinggi untuk merestui anaknya. Ini sebagai ikatan agar anaknya diperlakukan secara baik.

Tradisi kawin lari masih hudup dan dipertahankan oleh Suku Sasak lantaran menikah dengan cara mencuri calon mempelainya dianggap sebagai sikap ksatria daripada meminta secara hormat kepada orang tuanya. Tradisi ini memanglah agak sulit, dimana ada peraturan yang harus dipatuhi, seperti ketika kita mencuri calon mempelai maka harus dilakukan pada malam hari. Dan apabila aksi mencuri ini diketahui oleh keluarga si perempuan atau perangkat desa, maka sang lelaki akan dikenakan denda. 

Dalam pergaulan dengan lawan jenis, dikalangan wanita Lombok terutama remajanya juga dikenal istilah "pandai menipu". Maksudnya adalah wanita Lombok dikenal memiliki banyak pacar, karena itu ia harus pandai-pandai menyiasati diri agar tidak ketahuan oleh pacar lelakinya yang lain. Dan menariknya, ada anggapan kalau pacarnya hanya satu berarti ia tidak laku dan tidak dihormati. Sebaliknya, jika mempunyai banyak pacar itu adalah suatu kebanggaan tersendiri.

Unik yah teman, berasa gimana gitu.. hehe..
Tapi itulah Indonesia, sejuta adat dan budaya.
Semoga adat kita ini tetap terjaga, dan tetap dilestarikan.. 

Sumber, Pesona Indonesia



0 Response to "Tradisi "Kawin Lari" di Lombok"

Post a Comment