Menyoroti Film Hantu Kita (Indonesia)

Sering kali muncul pertanyaan mengapa hampir tak ada film hantu (horor) yang masuk nominasi film terpuji? Atau mengapa tak ada pemain, sutradara, dan pendukung unsur film hantu yang mendapatkan penghargaan.

Pertanyaan itu barangkali akan terjawab langsung, jika kita menyaksikan sekian banyak film hantu yang "gentayangan" di bioskop saat ini. Sebagai contoh, dalam film hantu "Pelukan Hantu Janda Berondong," di awal film langsung disuguhi tontonan "syur" adegan berbikini dari para pemerannya yang bertubuh dan berwajah sensual Indah Kalalo, Angel Lelga, dan Aida Saskia di kolam renang dan di kamar mandi, termasuk adegan percintaannya. Setelah itu barulah muncul teror hantu terhadap pengguna flat. Misteri hantu pengganggu itu baru terkuak di akhir cerita.

Pola penampilan adegan-adegan sensual belakangan ini menjadi salah satu daya tarik film hantu. Tak heran kalau Dewi Persik, Julia Perez, yang dikenal berpenampilan sensual, muncul sebagai pemeran utama film hantu. Bahkan bintang film porno dari luar Terra Patrick pun ditampilkan dalam film hantu.

Film hantu juga seakan menemukan judul-judul yang seram "Tiran" (Mati di Ranjang), "Tiren" (Mati Kemaren), Pocong Kamar Sebelah, Hantu Bangku Kosong, dan lain sebagainya.

Di zaman Orde Baru, predikat Ratu Film Hantu disandang oleh Suzanna. Ian menjadi pemeran utama film hantu yang sudah dikenal luas, seperti "Sundel Bolong", "Beranak Dalam Kubur", "Buaya Putih" dll.. Film yang sempat menghebohkan dan ditarik Badan Sensor Film karena menampilkan adegan sensual adalah film "Pembalasan Ratu Pantai Selatan" yang dibintangi Jurice Prastica.

Jika menyimak sejarah film Indonesia, di awal kehadiran film Indonesia, yang jarang justru film hantu. Padahal jauh sebelumnya sudah dikenal hantu legendaris dari Barat "Dracula", juga film klasik semacam "Nosferatu". Adalah Sutradara Turino Junaedy yang tahun 70'an membuat film berdasarkan cerita hantu yang cukup poopuler dalam pentas sandiwara "Si Manis Jembatan Ancol" yang diperankan oleh Lenny Marlina. Film tersebut cukup sukses.

Film hantu "Si Manis Jembatan Ancol", atau "Beranak Dalam Kubur" (Ali Shahab), contoh film hantu yang tidak asal menakut-nakuti. Struktur ceritanya jelas, karakter pemainnya tergaraf.




Jelangkung


Di masa reformasi, ketika film Indonesia bangkit dari keterpurukannya, muncul sebuah film hantu yang sangat di nikmati anak muda, yaitu "Jelankung" garapan dua sutradara Rizal Mathovani dan Jose Purnomo. Film itu sukses luar biasa. Berbeda dengan film hantu sebelumnya, terutama yang dibintangi oleh Suzanna, kali ini tidak menakut-nakuti dengan penampilan hantu mata bolong berkain kapan, tetapi kekuatan efek khusus yang dibangun di setiap ruangan misterius. Kisahnya pun tentang petualangan sekelompok anak muda, bermain jelangkung di kuburan, masuk ke rumah tua, terus-menerus di teror suasana misterius. Yang paling populer ditampilkannya Suster Ngesot yang ditampilkan dalam beberapa adegan di rumah tua. Jeritan anak-anak muda meledak histeris saat muncul hantu itu. Tidak heran kalau kemudian muncul film dengan judul "Suster Ngesot".

Setelah film "Jelangkung" muncul film hantu yang digarap lebih apik dan menarik "Tusuk Jelangkung" (Dimas Djayadiningrat). Ceritanya lebih kuat, pengambilan adegan (kamera) lebih menarik, dan ada nuansa tradisi. Baik film "Jelangkung" atau "Tusuk Jelangkung" salah satu unsurnya masuk dalam nominasi terpuji Festival Film Bandung (FFB).

Setelah kedua film hantu itu, beberapa film hantu sesungguhnya di garap dengan bak dan menarik, termasuk film Dimas Djayadiningrat berikutnya "Bangsal 13". Film hantu yang tidak mengumbar adegan seram secara baku, justru kembali tersisih setelah suksesnya film hantu yang sudah di kenal "Kuntil Anak" (Rizal Mathovani), dan "Pocong" (Rudi Sudjarwo).

Sukses film tersebut memacu beberapa produser untuk mengumbar film hantu melalui sekian banyak film hantu melalui sekian aneka judul film pocong dan kunti anak. Bahkan sutradara sekelas Hanung Bramantyo pun sempat membuat film hantu "Sundel Bolong".

Film hantu sesungguhnya bisa di buat menarik dan "manusiawi", sehingga bisa menyentuh perasaan, sebagaimana film "Ghost" yang di bintangi Demi Moore. Film itu sama sekali tidak menakut-nakuti penonton, sebab yang mengendap dalam benonton justru hubungan cinta yang terus tumbuh meskipun dipisahkan oleh kematian. Luar biasa, sebab pengaruh film "Ghost" justru membuat remaja putri gaya rambut Demi Moore, sedangkan lagu lawas "Unchained Melody" yang jadi theme song film itu populer lagi.

Produser dan Sutradara kita yang membuat film hantu, kebanyakan memang menyukai yang instan, dengan memadukan ramuan komersial baku, menampilkan adegan sensual dan menampilkan hantu yang (dianggap) menakutkan. Hampir tak ada usaha untuk membuat cerita hantu yang kuat unsur dramatik, senimatografi dan lokalitasnya.


2 Responses to "Menyoroti Film Hantu Kita (Indonesia)"

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete