Anakku Amanah Tuhanku (Part 1)

Setiap pasangan suami istri hendaknya menyadari bahwa seorang anak adalah amanah atau titipan yang diberikan Tuhan kepada kita. Ini merupakan prinsip dasar yang harus dipahami oleh setiap pasangan suami istri dalam memandang atau memposisikan seorang anak dalam rumah tangga mereka. Sebagai penerima amanah, kita harus menjaga dan mengantarkan mereka agar mencapai suatu kondisi yang sesuai dengan kehendak Tuhan, pemberi amanah. 

Sayangnya, banyak pasangan yang tidak menyadari prinsip dasar ini. Orang-orang yang belum memiliki anak dan berkeinginan kuat untuk memilkinya, seringkali terlalu bernafsu dalam berusaha, sehingga mereka lupa akan prinsip dasar itu.

Mereka menyangka dengan berusaha keras yang mereka lakukan, dengan berbagai jenis pengobatan yang mereka jalani dan dengan banyaknya biaya yang mereka keluarkan itu buah hati hadir mengisi hari-hari mereka. Padahal, jika mereka menyadari prinsip dasar itu, mereka harusnya selalu ingat, betapa pun kerasnya usaha yang kita lakukkan, tetapi jika Allah swt. belum berkehendak menitipkan amanahnya kepada kita, maka tak ada yang dapat membantu kita.

124023_orangtua.jpg (362×288)

Dengan menyadari prinsip dasar itu, segala usaha yang kita lakukan untuk mendapatkan anak akan berujung pada sikap pasrah kepada Allah swt.. Dengan demikian, kita tidak perlu merasa stres dan putus harapan. Justru kita harus selalu berbaik sangka kepada Allah swt.. Mungkin hari ini Allah swt. belum memberikan amanahnya kepada kita, tetapi bisa jadi esok Allah swt. akan memberikannya dengan sebab ikhtiar lain yang mungkin selama ini belum kita lakukan.

Sementara itu, orang-orang yang sudah memilki anak pun seringkali melupakan prinsip dasar ini. Mereka lupa, atau bahkan tidak tahu, bahwa seorang anak adalah amanah Tuhan yang harus mereka jaga dan pelihara menurut kehendak yang memberi amanah. Mereka menganggap anak adalah buah cinta mereka semata, tanpa ada campur tangan Tuhan didalamnya. Karenanya, mereka memperlakukan anak sekehendak hati mereka. Mereka membentuk dan membangun karakter anak-anak mereka sesuai dengan keinginan dan obsesi mereka sendiri.

Biasanya ada dua kesalahan utama yang dilakukan orang tua terhadap anaknya. Pertama, sikap sayang yang berlebihan atau terlalu memanjakan anak. Sebagai orang tua kita memiliki kewajiban untuk menyayangi anak-anak kita, akan tetapi jangan sampai rasa sayang itu membuat kita tidak mampu bersikap proporsional dalam mendidik anak-anak kita. Jangan sampai rasa sayang kita membuat kita harus mengalah pada sikap anak kita yang terang-terangan salah atau membahayakan dirinya.

Misal, anak kita meminta dibelikan es krim, padahal ia sedang batuk atau sakit panas. Sebagai orang tua yang baik, kita tentu akan berusaha menolaknya bukan membelikannya hanya karena kasihan. Jika rasa sayang kita berlebihan, kita pasti mengalah dan lebih kasihan kalau anak kita terus merengek meminta es krim yang disukainya. Padahal dalam situasi seperti ini kita harus tegas terhadap anak kita.

Kedua, sikap orang tua yang terlalu mengekang anak-anaknya. Sebagai orang tua, kita memang berkewajiban menjaga anak kita dari berbagai ancaman atau bahaya yang bisa datang kapan saja terhadap anak-anak kita. Kita perlu berhati-hati menjaga mereka. Hanya saja, jangan sampai kehati-hatian kita membuat kita terlalu membelenggu kebebasan mereka menikmati dunianya.

Anak-anak yang besar dibawah kekangan orang tuanya akan tumbuh menjadi orang-orang yang sulit beradaptasi dengan lingkungannya dan kurang berkembang daya kreatifnya. Mereka juga tidak mampu membuat keputusan sendiri, sehingga sulit hidup secara mandiri.

Itu bisa terjadi karena sejak kecil mereka terlalu didikte atau tidak diberikan sedikit pun ruang untuk menunujukkan ekspresi dan kecenderungan mereka terhadap sesuatu, sehingga mereka akan tumbuh menjadi anak-anak tanpa inisiatif dan terlalu bergantung kepada orang tuanya.

Jalan tengah diantara dua sikap tadi adalah memberikan kasih sayang yang selayaknya kepada anak-anak kita. Rasa sayang yang kita berikan hendaklah tidak berlebihan dan juga tidak membuatnya terkekang dengan rasa takut kita yang berlebihan terhadap keselamatannya. Rasa sayang yang layak dan sewajarnya akan membuat seorang anak merasa terlindungi, tetapi juga merasa diberi ruang yang cukup untuk mengekspresikan dirinya.




0 Response to "Anakku Amanah Tuhanku (Part 1)"

Post a Comment