Bagaimana Menebar Semangat?

Awali dengan Teladan




Menurut Napoleon Hill (2003), pesan-pesan bisa kehilangan makna kecuali disertai perasaan yang timbul karena gelora semangat. Jadi, sebelum menyemangati orang-orang di sekitar, pastikan kita melakukannya dulu dalam diri sendiri. Bayangkan apa jadinya bila seseorang berkata kepada kita, “Saya sukses!” namun dengan nada suara datar dan mimik muka murung. Jangankan tergerak untuk bertanya tentang rahasia suksesnya. Kita malah bertanya, apa benar dia sukses?

Karena itu, pastikan kita senantiasa memiliki semangat dalam diri. Gelora dalam diri dapat ditumbuhkan dan dipelihara dengan banyak cara. Mengatur bahasa tubuh adalah cara paling sederhana. Misalnya, biasakan diri kita untuk berdiri dengan punggung tegak, dagu sedikit diangkat, dan langkah kaki tegap. Ini akan memberi rasa dan menimbulkan kesan percaya diri. Pandangan mata berbinar, nada suara penuh tekanan, jabatan tangan mantap, juga bisa memberi kesan positif itu muncul, semangat pun timbul.

Contoh lain, ketika perasaan Anda sedang galau, misalnya, cobalah untuk melompat sepenuh tenaga sambil mengatakan pada diri sendiri, “Saya semangat! Saya bahagia! Saya sukses!” Sunggingkan senyum terkembang, maka hati yang kalut pun akan jadi ceria, dan orang-orang sekitar kita pun ikut ceria. Semangat dalam diri ibarat aliran listrik, sekali kita menekan tombol on dalam diri maka orang-orang akan tersengat dan melonjak.

Selain mengatur bahasa tubuh, hal terpenting untuk membangun antusiasme orang-orang adalah dengan memberi teladan. Kenapa pasukan muslim selalu bergelora di medan jihad? Karena pemimpin mereka, Rasulullah saw., tidak duduk diam di singga sana. Beliau ikut menyandang pedang, dan dengan gagah menyongsong musuh di barisan paling depan. Beliau paling lantang menyerukan semangat mati syahid. Antusiasme beliau yang tercipta dalam tindakan nyata, telah melahirkan ribuan syuhada pada zamannya, dan menginspirasi berbagai gerakan Islam diseluruh dunia hingga sekarang.

Begitu pun kita. Tak ada gunanya bicara hebat memberi nasihat, kalau kita sendiri tak berbuat. Sebab tindakan berteriak lebih lantang dari pada ucapan. Tindakan penuh antusiasme-lah yang pada akhirnya akan terpahat di hati orang-orang. Orang tua yang mendapati anaknya mencuri, misalnya, jangan dulu menghakimi. Melainkan bercermin diri, sudahkan merealisasi nilai-nilai kejujuran dalam keseharian? Kalau tidak, anak tak bisa dipersalahkan.

Begitupun orang tua yang mendapati anaknya lebih suka nonton TV dari pada mengerjakan PR. Bertanyalah, sudahkan disiplin mengelola waktu? Kalau orang tua menghabiskan berjam-jam hanya untuk menonton acara televisi, jangan salahkan anak jika meniru. Karena anak-anak, dan juga orang-orang di sekitar kita, cenderung “mendengar dengan mata mereka”.

Mereka mencontoh apa yang terlihat, bukan apa yang di dengar. Tidak percaya? Coba saja Anda suruh orang-orang mengikuti instruksi Anda, dan katakan kepada mereka “Peganglah kaki!” sementara Anda membuat gerakan memegang perut, apa yang akan mereka lakukan? Dapat dipastikan, hampir semua orang akan memegang perut, meskipun Anda sudah menyuruh mereka memegang kaki.

Karena demikian kuatnya pengaruh tindakan, David Neeleman (CEO perusahaan pesawat terbang JetBlue), contohnya lebih suka berada di kabin pesawat bersama para karyawan daripada duduk-duduk di kantornya yang mewah. Di tengah kesibukan yang luar biasa, ia selalu menyempatkan diri untuk bercakap-cakap dengan para penumpang, membagikan biskuit kepada mereka, dan membantu mereka menurunkan barang bawaan sambil tersenyum ramah. Ini membuat para stafnya memperlakukan para pelanggan dengan cara yang sama.

David juga tak sungkan memungut sampah di lantai kabin, membetulkan kursi yang miring, dan pekejaan “sepele” lainnya. Tindakan ini memberi pesan kepada staf bahwa pekerjaan mereka adalah penting. Dengan begitu mereka tetap semangat dalam bertugas. Dan David tak perlu menaikkan harga tiket pesawat untuk meningkatkan laba, sebab semangat yang ia alirkan kepada para staf telah membuat kinerja perusahaannya cemerlah.    


0 Response to "Bagaimana Menebar Semangat?"

Post a Comment