Sejarah Arung Jeram Indonesia
Sejarah petualangan sungai di Indonesia
dimulai sekitar awal tahun 1970-an dengan istilah olah raga arus deras (ORAD).
Dipelopori oleh rekan-rekan pecinta alam dari Bandung (WANADRI) dan Jakarta
(MAPALA UI), olah raga ini kemudian menjadi salah satu olah raga petualangan
yang paling diminati para pecinta alam. Pada tahun 1975, WANADRI menggelar Citarum Rally I. Namun
sayang, pada saat itu masyarakat dikejutkan dengan meninggalnya 5 (lima) orang
peserta. Padahal sebelumnya telah 2 (dua) orang meninggal saat latihan.
Sekitar tahun 1975, Mapala UI
mengembangkan juga olah raga ini dengan arung jeram. Dimulai dengan ekspedisi
melintas Sungai Mahakam dan Sungai Barito, bersama dengan Frank Morgan, seorang
pengacara profesional. Mapala juga melaksanakan ekspedisi ke Sungai Alas.
Perahu dan peralatan yang dipakai mulai
meningkat kwalitasnya, dimulai dari ban dalam, perahu LCR tentara, sampai
perahu karet khusus Sungai (River Raft),
juga perahu Kayak. Hal ini mendorong
Arung Jeram tumbuh cukup pesat, dan menarik minat para pengarung jeram untuk
mengarungi sungai-sungai di daerah yang
jauh dan penuh tantangan. Sungai Mahakam, Barito, Alas , Mamberamo dan Van Der
Wall, kemudian juga diarungi. Di Pulau
Jawa banyak sungai yang biasa diarungi.
Citarik, Cimandiri, Citatih, dan Cimanuk di Jawa Barat. Jawa Tengah meiliki
sungai Progo, Serayu dan Elo yang biasa
diarungi. Jawa Timur memilki sungai Ireng-ireng di lereng Gunung Semeru,
yang cukup menantang.
Telah beberapa kali diadakan kejuaraan
arung jeram oleh beberapa perkumpulan di Indonesia, tetapi belum terdapat
standard baku baik tentang penyelenggaraan, peralatan maupun penilaiannya. Pada
tahun 1994 diadakan Kejuaraan Nasional Arung Jeram yang agak resmi di Sungai
Ayung, Ubud-Bali. Di kejuaraan ini diterapkan standard penyelenggaran
internasional, baik perlengkapan, materi lomba maupun perlengkapan dan
penjuriannya. Kegiatan inilah yang kemudian dianggap pemicu kebangkitan Arung
Jeram di Indonesia.
Secara komersial wisata Arung Jeram
diperkenalkan oleh SOBEK EXPEDITION yang kemudian membuka wisata Arung Jeram di
Sungai Ayung Bali, sungai Alas di Aceh , sungai Sa’adan - Toraja, Sulawesi
Selatan dan Citarik Jawa Barat. Saat ini sudah banyak operator wisata Arung
Jeram, baik di Jawa, Bali, Suamatera Barat, Aceh dan Sulawesi Utara. Dengan
berkembangnya wisata Arung Jeram ini, maka saat ini Arung Jeram telah menjadi
olah raga petualangan sekaligus wisata dan rekreasi keluarga, siap menantang siapa saja yang ingin
menikmati pengalaman baru, dan bukan lagi hanya kegemaran dari para petualang
sejati.
Dengan banyaknya potensi sungai di Indonesia yang dapat dikembangkan
sebagai sarana wisata Arung Jeram, sementara disisi lain terdapat keterbatasan
sumberdaya manusia dibidang ini yang belum terjembatani. Hal ini merupakan
peluang dan tantangan tersendiri bagi para penggiat Arung Jeram di indonesia,
untuk meningkatkan kualitas diri di bidang Arung Jeram.
Dunia arung jeram di Indonesia sedang
mengalami perkembangan yang pesat pada saat ini. Banyak sekali bermunculan
perkumpulan-perkumpulan arung jeram maupun dibentuknya divisi-divisi baru
khusus arung jeram pada perkumpulan pencinta alam yang sudah ada. Demikian juga
dengan tumbuhnya industri wisata Arung Jeram, yang memacu kegairahan berbagai
kelompok masyarakat untuk ikut menikmati Arung Jeram.
Utamakan Selamat
Di antara olah raga petualangan seperti
Mendaki Gunung (Mountaneering), Panjat Tebing (Rock Climbing), dan juga
Penyelusuran Gua (Caving), Arung Jeram secara rata-rata dianggap lebih
menantang, beresiko dan berbahaya. Hal ini karena Arung Jeram harus menghadapi
rintangan alam yang nyata, dan kadang tidak dapat diduga dan datangnya
tiba-tiba. Tetapi seorang penulis petualangan kenamaan, William Mc. Ginnes,
menyatakan bahwa sebenarnya Arung Jeram tak lebih beresiko dibanding mengemudi
di jalan raya. Walau begitu, pengarungan
sungai haruslah disesuaikan dengan kemampuan, ketrampilan dan keadaan alam.
Karenanya dalam ber-Arung Jeram keselamatan haruslah tetap menjadi pertimbangan
utama.
Sungai berjeram dibagi dalam berbagai
tingkat kesulitan (kelas), dari Kelas I (termudah) sampai Kelas VI (tak boleh
diarungi). Seperti juga olah raga
petualangan lainya Arung Jeram juga memiliki 2 macam bahaya utama ; bahaya dari
diri sendiri, termasuk persiapan dan perlengkapan (Subjective Danger) dan
bahaya dari alam (Objective Danger). Untuk Arung Jeram, bahaya dari alam
terutama adalah sifat dari sungai itu sendiri. Demikian juga perlengkapan,
kalau tidak tepat dan kurang lengkap akan menimbulkan bahaya yang nyata
(Kecelakaan). Adapun untuk menghindari bahaya dari diri sendiri, seseorang
harus berlatih, berlatih dan belajar, baik ketrampilan maupun ilmu-ilmu
pendukungnya.
Federasi Arung Jeram Indonesia
Dengan terus berkembanganya Arung Jeram
di Indonesia, para penggiatnya merasa bahwa
perlu suatu wadah yang dapat membina kegiatan Arung Jeram dengan lebih
terorganisir, memiliki wawasan dan tujuan yang jelas. Pada bulan Maret 1996,
oleh 38 Organisasi Pecinta Alam, Klub Arung Jeram Amatir, Profesional dan
Komersial, telah dibentuk Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI), yang kemudian
terpilih menjadi Ketua adalah Amalia Yunita, seorang penjelajah dan petualang
handal anggota Aranyacala Universitas
Trisakti, yang kini aktif diperusahaan Wisata Arung Jeram PT. Lintas Jeram
Nusantara.
Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI)
antara lain bertujuan mengembangkan Arung Jeram sebagai olah raga petualangan
menjadi olah raga prestasi dan lebih aman, serta meningkatkan sumber daya
manusia dibidang Arung Jeram. Dalam program -programnya, FAJI akan membuat
pelatihan-pelatihan berjenjang, kejuaraan-kejuaraan dan invitasi, menetapkan
norma keselamatan (safety codes), standarisasi peralatan dan teknik, serta
upaya-upaya lainnya untuk memasyarakatkan olah raga Arung Jeram. Selain
berwawasan olah raga dan petualangan, FAJI juga berwawasan dan memiliki
program-program lingkungan, terutama berfokus pada masalah sungai.
Saat ini FAJI sedang melaksanakan upaya
konsolidasi dan membentuk Pengda-pengda. Dan diakhir bulan Nopember 1997, FAJI
bekerjasama dengan Korps Marinir menyelenggarakan Kejurnas Arung Jeram di
Sungai Serayu Jawa Tengah. Untuk publikasi FAJI telah menerbitkan Majalah
Kegiatan Alam Terbuka “JELAJAH”, yang menuliskan tidak saja kegiatan Arung
Jeram juga kegiatan alam terbuka lainnya.
Sumber: Buku Latgab Mahasiswa Gerhana-Uniga
0 Response to "Sejarah Arung Jeram Indonesia"
Post a Comment